Menjadikan atau memperbaharui hari yang dikeramatkan oleh kebanyakan orang dikatakan sebagai ibadah, seperti juga dalam islam banyak hari-hari tertentu dijadikan hari raya atau menjadikan kegiatan-kegiatan yang tertentu. Dan menurut anggapan islam yang berkiblat pada hal yang bid'ah itu boleh-boleh saja secara hukum adat yang mereka anut menurut tradisi yang mereka pahami , yang secara pasti tradisi-tradisi ini tidak akan pernah mereka tinggalkan sampai hari Kiamat, terkecuali bagi orang-orang yang diberi hidayah oleh Alloh SWT.
Tetapi dalam islam Ahlussunah yang mengikuti Al-quran dan Al-Hadits justru mengada-adakan hal yang perkara baru yang tidak dilakukan Rosululloh SAW dalam ibadah adalah merupakan perbuatan Bid'ah. Dan ini sudah semakin jelas dan menjadi kenyataan bahwa bid'ah itu memang tidak pernah dilakukan Rosululloh SAW. Karena sewaktu nabi hidup beliau tidak pernah mengulang tahun tentang kelahiran dirinya, dan tidak pernah merayakan hari kelahiran nabi-nabi sebelumnya. Hanya nabi telah menetapkan hari-hari raya yang dianjurkan adalah hanya 3 hari raya yaitu : Hari raya Idul fitri, Idul Adha (wajib) dan Hari Jum'at (wajib), dan ketiga hari raya memang dilaksanakan di jaman Rosululloh SAW yang kemudian diikuti oleh para sahabat, tabiin, thabiut tabiin dan generasi selanjutnya (Manhaj Salaf) yang mengikuti akhlak Rosululloh SAW.
Perayaan-perayaan selain 3 hari raya yang disebutkan tadi, ini sebetulnya muncul ke permukaan setelah umat-umat lainnya memperingati hari-hari besarnya seperti Hari Paskah dan Natal oleh Umat Kristen, Hari raya galungan oleh umat Hindu dan hari raya waisak oleh umat budha.
Tetapi dalam islam Ahlussunah yang mengikuti Al-quran dan Al-Hadits justru mengada-adakan hal yang perkara baru yang tidak dilakukan Rosululloh SAW dalam ibadah adalah merupakan perbuatan Bid'ah. Dan ini sudah semakin jelas dan menjadi kenyataan bahwa bid'ah itu memang tidak pernah dilakukan Rosululloh SAW. Karena sewaktu nabi hidup beliau tidak pernah mengulang tahun tentang kelahiran dirinya, dan tidak pernah merayakan hari kelahiran nabi-nabi sebelumnya. Hanya nabi telah menetapkan hari-hari raya yang dianjurkan adalah hanya 3 hari raya yaitu : Hari raya Idul fitri, Idul Adha (wajib) dan Hari Jum'at (wajib), dan ketiga hari raya memang dilaksanakan di jaman Rosululloh SAW yang kemudian diikuti oleh para sahabat, tabiin, thabiut tabiin dan generasi selanjutnya (Manhaj Salaf) yang mengikuti akhlak Rosululloh SAW.
Perayaan-perayaan selain 3 hari raya yang disebutkan tadi, ini sebetulnya muncul ke permukaan setelah umat-umat lainnya memperingati hari-hari besarnya seperti Hari Paskah dan Natal oleh Umat Kristen, Hari raya galungan oleh umat Hindu dan hari raya waisak oleh umat budha.
Secara nyata umat islam ini hanya ikut-ikutan saja atau mengikuti umat agama sebelum islam. Bisa jadi dengan merayakan hari-hari ulang tahun itu umat islam secara umum merasa ketinggalan zaman. atau karena merasa tidak bergengsi.
Padahal jika dikaji dengan benar buat apa berhura-hura kalau tidak pernah dicontohkan oleh Rosululloh SAW, yang pada kenyataannya dengan mengadakan perayaan-perayaan tersebut maka akan terjadi kelalaian terhadap ibadah yang diperintahkan oleh Alloh SWT. Salah satu contoh dengan perayaan-perayaan itu banyak orang tidak bisa melakukan shalat pada waktunya, bahkan sama sekali meninggalkan kewajibannya itu, lebih-lebih dengan perayaan itu banyak remaja berbuat brutal di jalan dengan membunyikan petasan dan meraung-raungkan kendaraan, ini bisa mengganggu kenyamanan dan ketentraman orang lain.
Jadi seorang muslim yang banyak belajar di pondok pesantren itu jangan kalah imannya oleh orang yang tidak pernah mondok di pesatren, tapi justru mereka tak kalah hebat dalam masalah agama bersungguh-sungguh dalam memahami Al-quran dan Al-Hadits. Jadi orang beriman itu hidupnya tidak pernah makar terhadap negara atau pemerintah, tidak beradu pemahaman atau otot dengan seagama hanya perbedaan pendapat atau hanya informasi bersifat provokatif, ternyata mudah diadu domba oleh orang yang tidak bertanggungjawab yang tidak tentu agamanya. Apalagi di bulan suci Ramadhan ini nafsu bagi orang puasa (shaum) harus dikendalikan, jika tidak, buat apa berpuasa, tidak ada artinya sama sekali. Ibarat seorang islam yang rajin shalat tetapi kesehariannya berbuat musyrik, tangtulah ibadah shalatnya itu tidak diterima oleh Alloh SWT. Iman itu bukan hanya kepercayaan atau perkataan saja, melainkan terfokus kepada pelaksanaannya sesuai dengan hati nurani, dan iman itu tidak pudar dengan bentuk apapun, baik materi atau motivasi. Jadi kata orang sunda itu " Ongkoh nu diibadahan teh ka Alloh, geuning ka salian Alloh oge dipuntangan". (lihat surat Al-Fatihah :5, yang artinya "Hanya kepada-Mu aku beribadah dan hanya kepada-Mu meminta pertolongan.
Adu domba ini memang tidak akan pernah berhenti sampai hari Kiamat, Kenapa bisa demikian " Karena dalam sebuah hadits Rosululloh SAW yang dijelaskan oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab " Bahwa umat islam ini akan terpecah menjadi 73 firkoh atau golongan dan hanya satu saja yang masuk syurga yaitu "Ahlussunah Waljamaah" dan ini memang benar apa yang dikatakan Rosululloh SAW, bahwa dalam kenyataannya islam tidak pernah bersatu.
Adu domba ini memang tidak akan pernah berhenti sampai hari Kiamat, Kenapa bisa demikian " Karena dalam sebuah hadits Rosululloh SAW yang dijelaskan oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab " Bahwa umat islam ini akan terpecah menjadi 73 firkoh atau golongan dan hanya satu saja yang masuk syurga yaitu "Ahlussunah Waljamaah" dan ini memang benar apa yang dikatakan Rosululloh SAW, bahwa dalam kenyataannya islam tidak pernah bersatu.
0 komentar:
Posting Komentar